Senin, 25 Februari 2013


Thinner


Hampir semua bahan finishing membutuhkan thinner (pengencer). Thinner adalah bahan untuk mengencerkan material finishing supaya menjadi encer dan lebih mudah diaplikasikan. Bahan finishing yang murni merupakan bahan padat atau pasta yang kental yang sangat sulit untuk dapat diaplikasikan. Karena itu ke dalam bahan finishing itu ditambahkan thinner sehingga menghasilkan suatu campuran yang lebih encer supaya bahan finishing tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah. Bahan finishing pembentuk lapisan film yaitu sealer dan top coat adalah campuran resin dengan bahan-bahan aditif yang berupa suatu cairan yang sangat kental. Sedangkan bahan finishing pembentuk warna adalah campuran pigmen yang aslinya berupa bubuk padatan yang perlu dicampur dengan thinner dan resin sebagai binder untuk bisa diaplikasikan.

Alat-alat untuk aplikasi bahan finishing membutuhkan batasan viskositas tertentu supaya bahan finishing tersebut dapat diaplikasikan dengan baik oleh alat tersebut. Air spray gunmisalnya bisa bekerja dengan baik untuk material dengan viskositas sampai 16 – 17 detik (dengan pengukuran menggunakan Nk 2 cup), sedangkan HVLP spray gun hanya bisa bekerja dengan baik pada material dengan viskositas maksimal 14 detik saja. Pengaturan viskositas material tersebut biasanya dilakukan dengan penambahan thinner. Komposisi campuran resin dan additive ini berbeda-beda tergantung dari jenisnya (polyurethane, nitrocellulose, acid curing, acrylic, alkyd, vynil, dan lain-lain) dan berbeda-beda pula untuk tiap jenis dan merknya. Sedangkan stain merupakan campuran antara pigmen dan binderyang berbeda-beda pula untuk tiap jenis dan merknya. Karena itu setiap jenis bahan finishing sebenarnya membutuhkan thinner yang berbeda-beda pula.
Fungsi thinner yang lain adalah untuk mengatur sifat-sifat tertentu yang diinginkan pada material finishing seperti: ketebalan lapisan, kadar bahan finishing dalam campuran, waktu pengeringan, daya resap terhadap substrat, flow, dll. Penambahan thinnerdigunakan juga banyak dilakukan untuk mengatur kadar bahan finishing pada saat pemakaian sehingga dihasilkan ketebalan lapisan bahan finishing sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan thinner kadang-kadang juga digunakan untuk mengatur waktu pengeringan sesuai dengan cara aplikasi bahan finishing tersebut. Cara aplikasi bahan finishing dengan pencelupan, penguasan atau pengelapan secara umum membutuhkanthinner yang relatif lambat kering, supaya tidak menghasilkan pewarnaan yang terputus. Sedangkan aplikasi dengan spray gun membutuhkan bahan yang relatif cepat kering, untuk mencegah terjadinya sagging (bahan finishing yang meleleh).
Selain itu pemilihan thinner juga dapat dilakukan untuk mengatur sifat bahan finishing untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana proses finishing itu dikerjakan. Misalnya pada saat suhu udara tinggi, maka diperlukan thinner yang agak lambat kering supaya tidak terjadi dust spray. Pada kelembaban udara yang tinggi maka seringkali diperlukan penambahan thinner yang lambat kering juga untuk mencegah blushing. Pengaturan thinner pada batas-batas tertentu juga bisa dilakukan untuk mempercepat kecepatan produksi dengan mempercepat pengeringan.
Thinner itu sendiri nanti akan menguap seluruhnya pada saat pengeringan bahan finishing dan tidak ada yang tertinggal di lapisan finishing. Thinner hanya berfungsi sebagai vehicle yang mengantarkan material finishing pada saat aplikasinya. Karena itu maka pemakaian thinner dalam suatu proses finishing harus diusahakan seminimal mungkin supaya mengurangi pemborosan dari penggunaan thinner yang hanya akan habis terbuang. Meskipun hanya berfungsi sebagai vehicle, tetapi pemilihan thinner yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam proses finishing. Ada banyak pengaturan bisa dilakukan dengan memilih thinner yang tepat. Sebaliknya ada banyak masalah bisa timbul akibat dari penggunaan thinner yang kurang tepat.

Bahan-bahan thinner
Thinner dibuat dari campuran antara solvent, (latent solvent) dan diluent. Solvent adalah bahan yang berfungsi untuk melarutkan suatu bahan finishing. Misalnya solvent untuknitrocellulose adalah: m.e.k (methyl ethyl ketone)aceton dan butyl acetate. Sedangkan latent solvent adalah bahan yang membantu melarutkan apabila dicampur dengan solventLatent solvent ini tidak dapat melarutkan bahan apabila tidak dicampur dengan solvent, contohlatent sovent untuk nitrocellulose adalah methanolisopropil alcohol dan isobutil butanol. Kemudian karena solvent dan latent solvent itu biasanya harganya mahal maka dalamthinner juga ditambahkan bahan lain yang dinamakan diluent, yaitu bahan yang saling melarutkan dengan solvent tetapi sebenarnya tidak dapat melarutkan bahan finishing.Diluent ini biasanya merupakan bahan-bahan yang murah dan ditambahkan pada campuran thinner untuk menurunkan harga thinner tersebut. Bahan yang dipakai untuksolvent, latent solvent dan diluent ini sangat tergantung pada jenis bahan finishing yang diencerkannya.
Pemilihan thinner
Kualitas dari thinner sebenarnya sangat ditentukan oleh banyaknya solvent dan latent solvent di dalamnya. Sedangkan diluent yang merupakan filler (pengisi) yang menurunkan harga campuran thinner tanpa memberi kontribusi terhadap penurunan viskositas yang merupakan tugas utama dari thinner. Kualitas thinner dapat dilihat dengan melihat efeknya pada saat digunakan. Suatu thinner yang baik akan dapat menurunkan viskositas campuran dengan cepat dengan sedikit saja penambahan thinner pada bahan yang diencerkan. Dan karena setiap bahan finishing memiliki campuran yang khusus, maka dianjurkan untuk selalu menggunakan thinner yang direkomendasikan oleh supplier bahan finishing yang diencerkannya.

Kelistrikan Bodi Kendaraan








Saat melaksanakan perbaikan bodi kendaraan (perbaikan sebagian komponen bodi atau pengecatan), beberapa rangkaian kelistrikan/ listrik/ unit elektronik perlu dilepas untuk memudahkan pekerjaan sehingga hasil pekerjaan optimal. Setelah selesai pekerjaan perbaikan, tentunya mekanik dituntut untuk bisa mengembalikan komponen yang sudah dilepas, sampai dapat berfungsi kembali dengan baik/normal. Komponen- komponen kelistrikan bodi mencakup pada sistem penerangan, sistem tanda isyarat (sein tanda belok dan klakson), meter kombinasi, sistem wiper dan washer, sistem AC dan komponen lainnya yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan saat berkendara.
Berikut ini merupakan penjelasan umum tentang kelistrikan bodi sebelum masuk pada pembahasan sistem-sistem kelistrikan bodi.

Baterai

Baterai atau yang banyak dikenal dengan istilah aki, ialah alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai listrik ke sistem starter, sistem pengapian, assesoris kendaraan, sistem kelistrikan bodi dan peralatan lainnya. Alat ini menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang dikeluarkan bila terdapat sistem yang membutuhkan energi listrik. Karena mensuplai kebutuhan listrik secara terus menerus, maka energi kimia yang tersimpan dalam baterai juga akan berkurang, atau bahkan bisa habis. Oleh karena itu diperlukan alat untuk mengisi baterai lagi, maka dipasanglah alternator beserta sistemnya (misal pengatur tegangan) guna melakukan pengisian sehingga baterai akan tetapterisi energi kimia.

Gambar-1: Baterai.

Pada saat melaksanakan perbaikan bodi yang berkaitan dengan sistem kelistrikan, maka lepaskanlah terminal baterai dengan terminal negatif (-) terlebih dahulu, kemudian baru yang positif (+). Dalam memasang lakukan urutan kebalikannya. Hal ini bertujuan untuk mencegah short contact atau korsleting ketika menggunakan kunci-kunci atau peralatan lainnya.

Pada saat pengisian baterai, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
  • Untuk pengisian konstan, gunakan arus pengisian sebesar 1/10 dari kapasitas baterai.
  • Untuk pengisian cepat (quick charging), hindari penggunaan arus yang melebihi kapasitas baterai.
  • Selama melakukan charging, jagalah arus pengisian sehingga temperaturnya tidak melebihi 45 derajat Celcius
  • Pada saat melakukan pengisian cepat, terminal positif dan negatif harus dilepas, untuk menghindari kerusakan dioda pada alternator.
  • Hindari percikan bunga api di atas baterai yang bisa menyebabkan baterai meledak.
  • Melakukan pengisian baterai pada mesin EFI terminal sebaiknya dilepas, guna mengindari kerusakan ECU (Electronic Control Unit).
 
Jaringan Kabel 
Jaringan kabel (wiring harness) adalah sekelompok kabel-kabel dan kawat yang masing-masing terisolasi, menghubungkan ke komponenkomponen sirkuit dan sebagainya, yang kesemuanya disatukan dalam satu unit untuk mempermudah dihubungkan antara komponen kelistrikan dari suatu kendaraan.

Kawat dan Kabel 
Ada 3 macam kelompok utama yang didisain berdasar kondisi yang berbeda baik besarnya arus yang mengalir, temperatur, kegunaan dan yang lainnya.
  • Kawat Tegangan Rendah: Sebagian besar komponen kendaraan menggunakan kawat tegangan rendah (low voltage wire).

 Gambar-2: Konstruksi kabel tegangan rendah

 
  • Kawat Tegangan Tinggi: Khusus digunakan dalam sistem pengapian (kelistrikan engine)
Gambar-3 : Kabel pengapian.

 
  • Kabel yang berisolasi: Kabel ini dirancang untuk mencegah gangguan yang ditimbulkan sumber dari luar dan digunakan sebagai signal lain, sehingga sering dipasang sebagai kabel antena radio, ignition signal line, oxygen signal line dan sebagainya.
Gambar-4 : Konstruksi kabel berisolasi.

Komponen Pelindung 
Komponen ini terpasang pada kendaraan untuk melindungi kabel dari goncangan, benturan dan sebagainya, sehingga kabel dapat kokoh terpasang pada tempatnya. Termasuk dalam komponen ini adalah clamp, corrigated tube (pembungkus) dan protector (pelindung).

 Gambar-5 : Pelindung kabel dari goncangan dan gesekan.

Komponen-komponen Penghubung 
Jaringan kabel dibagi dalam beberapa bagian untuk lebih memudahkan dalam pemasangan pada kendaraan. Bagian jaringan kabel dihubungkan kesalah satu bagian oleh komponen penghubung sehingga komponen kelistrikan dan elektronik dapat berfungsi dengan baik.

Juntion Block (J/B) dan Relay Block (R/B)

Junction Block adalah suatu kotak dengan konektor dikelompokkan bersama-sama untuk sirkuit kelistrikan. Pada umumnya terdiri dari bus bars dalam bentuk cetakan papan sirkuit (PCB) dengan sekring, relay, circuit breaker dan alat lain yang terpasang didalamnya.

 Gambar-6 : Junction Block dan Rellay Block.


 Gambar-7: Pengaman yang terdiri dari fusible link, relay dan fuse.


Baut massa 
Baut massa (ground bolt) adalah baut khusus untuk menjamin massa yang baik dari suatu jaringan sistem kelistrikan sehingga dapat berfungsi optimal. Ada beberapa baut massa yang memiliki keistimewaan khusus, yaitu permukaan baut ditandai dengan crom hijau setelah diproses secara listrik untuk mencagah oksidasi. Model baut ini dapat dibedakan dengan baut lainnya karena warnanya hitam kehijauan. Namun yang paling penting, bahwa baut bisa menjamin massa baterai kuat terhadap massa.

 Gambar-8 : Baut massa pada bodi.


Gambar-9 : Pemasangan fuse harus sesuai petunjuknya.

Sambungan (Connector)

Digunakan untuk menghubungkan kelistrikan antara 2 jaringan kabel atau antara sebuah kabel dengan komponen. Konektor diklasifikasikan sebagai konektor laki-laki (male) dan perempuan (female) dan dilengkapi dengan pengunci.

Gambar-10 : Macam - macam konektor.


 
Pengaman Sirkuit 
Pengaman sirkuit ini terdiri dari sekring (fuse), fusible link dan circuit breaker yang dipasangkan pada sirkuit kelistrikan dan sistem kelistrikan untuk melindungi kabel-kabel dan connector dari kebakaran karena arus yang mengalir berlebihan.
  
a. Sikring (fuse)
Gambar-11 : Sikring catridge dan blade.

Sekring ditempatkan pada bagian tengah sirkuit kelistrikan. Bila dilewati oleh arus yang berlebihan maka akan terbakar dan putus sehingga kebakaran dapat dihindari. Tipe sekring ada 2, yaitu: cartridge (tabung) dan blade (kipas). Tipe blade sering banyak digunakan karena lebih kompak dengan elemen metal dan rumah pelindung yang tembus pandang, dan warna dari sekring merupakan petunjuk kapasitas sekring (5A-30A).

Tabel : Identifikasi sikring (blade).

 
b. fusible link

Fungsi dan konstruksinya sama dengan sekring, hanya memiliki perbedaan utama dapat digunakan untuk arus yang lebih besar karena ukurannya lebih besar dan memiliki elemen yang lebih tebal. Sama halnya dengan sekring, fusible link juga terdiri dari tipe cartridge dan link (kabel).

 Gambar-12 : Fusible link.




Tabel : Identifikasi fusible link.



c. Circuit breaker



Digunakan sebagai pengganti sekring untuk melindungi dari kesulitan pengiriman tenaga dalam sirkuit, seperti power window, sunroof, door lock, pemanas (heater) dan komponen yang sejenis.




Gambar-13 : Circuit breaker.



Konstruksinya terdiri dari sebuah lempengan bimetal yang dihubungkan pada kedua terminal dan satu diantaranya bersentuhan. Cara kerjanya adalah apabila terjadi arus yang berlebihan, maka bimetal menjadi panas dan membengkok sehingga hubungannya akan terputus.




Switch dan Relay 
Switch dan relay membuka dan menutup sirkuit kelistrikan untuk menghidupkan mesin, menggerakkan switch lampu on-off dan aktifitas pengontrolan lainnya.

Switch (saklar) yang terdapat pada kendaraan umumnya menggunakan satu atau dua tipe, yaitu yang dioperasikan langsung dengan menggunakan tangan dan yang dioperasikan menggunakan tekanan, tekanan hydraulis dan temperatur.

Macam-macam switch ditunjukkan gambar dibawah ini.




Gambar-14 : Switch (saklar).



Gambar-15 : Relay.



Relay adalah peralatan listrik yang dapat membuka dan menutup sirkuit kelistrikan berdasarkan penerimaan signal tegangan. Relay digunakan untuk menghupung dan memutus baterai, saklar yang bekerja secara otomatis dari sirkuit kelistrikan. Relay terdapat dua tipe, relay elektromagnetik dan relay transistor.



Gambar-16 : Relay, konstruksi dan simbolnya.



Penggunaan relay pada dasarnya untuk mengatasi kelemahan pada penggunaan sirkuit tanpa relay, kelemahan tersebut adalah: sirkuit yang panjang akan menyebabkan turunnya tegangan, diperlukan jaringan kabel yang besar karena arus yang besar melaluinya, arus yang besar pada switch menimbulkan percikan sehingga cepat rusak dan membahayakan keselamatan.



Contoh penggunaan relay pada lampu utama:



Gambar-17 : Aplikasi relay pada lampu utama.



Wiring Diagram


Gambar-18 : Wiring diagram sederhana.



Apabila rangkaian kelistrikan digambarkan sesuai benda aslinya, maka ilustrasinya akan menjadi sulit dan rumit. Oleh karena itu maka diagram rangkaian digambarkan dengan simbol yang menunjukkan komponen kelistrikan dan kabel-kabel. Berikut ini contoh sederhana rangkaian yang menggunakan simbol-simbol:

Dalam kendaraan yang sebenarnya, banyak sekali sistem kelistrikan, kabel-kabel dan konektor yang menghubungkan-nya. Bila melakukan pemeriksaan sistem kelistrikan, adalah mudah untuk menemukan baterai, macam-macam komponen seperti lampu, klakson dan lainnya, akan tetapi sulit untuk menemukan sekring, J/B, R/B, konektor kabel lain untuk menemukan dikendaraan. Oleh karena itu, maka dilengkapi dengan Electrical Wiring Diagram (EWDs) yang tidak hanya menunjukkan komponen utama, tetapi semua kabel, juntion, konektor dan lainnya.
Agar dapat membaca wiring diagram dengan benar, berikut ketentuan simbol-simbol dalam wiring diagram:

Gambar-19 : Contoh simbol-simbol komponen elektronik.



Sistem Penerangan (lighting system) 
Sistem penerangan berguna untuk keselamatan berkendara dan informasi ke kendaraan lain. Sistem penerangan dibagi menjadi 2 kelompok:



Gambar-20 : Lampu penerangan.



Gambar-21 : Lampu belakang.




a) Penerangan luar meliputi: lampu besar, lampu belakang, lampu rem, lampu jarak, lampu tanda belok, lampu hazard, lampu plat nomor dan lampu mundur.
b) Penerangan dalam meliputi: lampu meter dan lampu ruangan Lampu besar digunakan untuk menerangi jalan dibagian depan kendaraan, dan dilengkapi dengan lampu jarak jauh dan lampu jarak dekat yang dapat dioperasikan dari dimmer switch.

Gambar-22 : Switch untuk lampu dekat dan jauh (dimmer switch).




Gambar-23 : Lampu utama tipe sealed.




Berdasarkan konstruksi bolam terhadap rumahnya, maka lampu besar dibagi menjadi 2 tipe, yaitu;
a. Tipe sealed beam (dimana lampu dan rumahnya merupakan satu kesatuan/tidak dapat diganti bolamnya saja).
b. tipe Semi sealed beam (lampu dan rumahnya terpisah sehingga bolamnya dapat diganti baik biasa maupun halogen).




Gambar-24 : Konstruksi bola lampu biasa dan halogen.




Bola lampu quartz halogen, lebih panas dibanding dengan bola lampu biasa saat digunakan, umur lampu akan lebih pendek bila ada oli atau gemuk menempel pada permukaannya. Demikian juga keringat manusia (mengandung garam) juga dapat menodai kacanya. Untuk mencegah hal ini maka saat mengganti peganglah bagian flange untuk mencegah jari-jari menyentuh kacanya.
Sebelum melaksanakan pembongkaran, pemeriksaan, pemasangan dan penyetelan komponen kelistrikan bodi, maka diperlukan tindakan keamanan diantaranya adalah membaca buku pedoman perawatan (buku manual) dari kendaraan yang akan di periksa. Tiap kendaraan memiliki letak komponen yang berbeda-beda, sehingga anda harus menemukan dengan cepat dan tepat. Pada waktu melepas atau memasang suku cadang, perhatikan keselamatan kerja, proses pelaksanaan kerja yang benar untuk mencegah perbaikan yang tidak perlu dilakukan. Selain itu, dianjurkan untuk menggunakan peralatan tangan dan alat ukur yang sesuai sehingga aman dan tidak merusak komponen.




Gambar-25 : Coloumb Switch.






Proses melepas coloumb switch adalah dengan melepas steering wheel dengan tilt handle pada posisi yang paling rendah, melepas column cover dan melepas konektor dari column switch. Sedangkan langkah memasangnya adalah dengan memasukkan column switch dengan posisi yang lurus dengan steering shaft center. Setelah itu memasang column switch wiring hardness sepanjang column tube pada dudukannya. Setelah steering wheel terpasang, pastikan posisi mobil tetap lurus, dan cancel pen terpasang pada lubang dibawah permukaan steering wheel. Lampu rem digunakan untuk memberikan informasi kendaraan dibelakangnya untuk menghindari benturan saat melakukan pengereman.


Gambar-26 : Lampu Rem.




Lampu tanda belok (sein) dipasang dibagian depan dan belakang (serta kadang di samping untuk jenis kendaraan tertentu) bertujuan untuk  memberikan informasi pada kendaraan lain bahwa pengemudi yang bersangkutan akan berbelok atau pindah jalur. Biasanya lampu ini berkedip 60-120 kedipan per menit.




Gambar-27: Lampu Sein Ketika Bekerja.




Lampu jarak dan lampu belakang (lampu kota) memberikan isyarat lebarnya kendaraan dimalam hari. Lampu plat nomor digunakan untuk memberi penerangan pada plat nomor kendaraan dan menyala bersama lampu kota.




Gambar-28 : Lampu Kota dan Plat Nomer.




Lampu hazard digunakan untuk memberikan isyarat pada kendaraan didepan atau belakang bila kendaraan dalam keadaan darurat dan meminta prioritas jalan.




Gambar-29 : Lampu Hazard Ketika Bekerja.

Lampu mundur berguna untuk memberi informasi kendaraan lain bahwa kendaraan akan mundur, dan juga penerngan tersebut memban-tu pengemudi melihat kondisi di belakang. Lampu ini menyala saat transmisi berkedudukan pada posisi mundur.

Gambar-30 : Lampu Mundur Ketka bekerja.

Lampu meter (instrumen) digunakan untuk menerangi meter-meter dan gauge pada instrumen/dashbord pada saat lampu kota hidup malam hari).
Lampu ruangan berguna untuk menerangi interior, dipasang ditengah, tidak menyilaukan pengemudi. Switch yang ada adalah ON (menyalakan), OFF (mematikan) dan DOOR (menyala otomatis saat pintu dibuka).

 Gambar-31 : Lampu Ruangan Ketika Bekerja.

Pemasangan dan perbaikan sistem penerangan ketika melaksanakan perbaikan bodi kendaraan harus dilakukan dengan benar. Berikut ini langkah-langkah perbaikan yang dilakukan pada sistem penerangan lampu depan:
  1. Melepaskan terminal negatif (-) bateray.
  2. Melepaskan soket-soket lampu depan. 
  3. Melepaskan lampu depan beserta ornamen ring lampu depan jika   ada. 
  4. Melepaskan unit sealed beam.


Catatan: Lepaskan skrup penyetel, putar unitnya berlawanan dengan arah jarum jam.

 Pemasangan:
  1. Stel setiap skrup penyetel dengan ukuran yang sesuai dengan kondisi benda kerja. (pengerasan skrup kira-kira 18 putaran).
  2. Pasangkan penghubung (konnektor) pada setiap kabel-kabel.
  3. Hubungkan terminal baterai.
  4. Lakukan pengetesan arah lampu depan. 
  5. Pasanglah setiap ornamen lampu depan.

 Gambar-32 : Lampu Depan.

Menyetel lampu depan (metode penyetelan memakai layar):
  1. Penyetelan dilakukan dengan tekanan ban dalam keadaan normal   dan kendaraan tanpa beban. 
  2. Memposisikan kendaraan didepan layar dengan lampu depan padajarak 3 meter jauhnya dari layar. 
  3. Pada layar, titik pentunjuk untuk penyetelan fokus lampu depandilengkapi dengan:


Gambar-33 : Menyetel Jarak Lampu.
  • Tarik garis pedoman horisontal pada permukaan layarpada ketinggian titik tengah lampu depan kurang dari 20 mm. 
  • Tarik garis tengah vertikal pada layar lampu dengan kanan dankiri. Kemudian didapat titik yang terjadi perpotongan garis horizontal dan garis vertikal.
  • Putar lampu pada posisi “ON” dan lampu jauh menyala, danstel lampu tersebut dengan memutar skrup penyetel sehingga arah peyinaran lampu pada titik potong (F) pada layar.
  • Untuk kesempurnaan penyetelan arah lampu depan, swithlampu jauh ke lampu dekat. Kemudian pastikan bahwa cahayasetiap lampu dekat dalam arah diagonal bawah.

Sedangkan untuk lampu belakang, perbaikannya adalah dengan melepas lower back trim, dan selanjutnya melepas lampu kombinasi.
Sedangkan pemasangannya adalah kebalikan dari cara melepaskan adalah cara memasang lampu kombinasi belakang.
Catatan: pada waktu memasang trim, perlu diperhatikan bahwa beberapa skrup tap pengerasannya agak kurang dan dapat didistribusikan ke skrup yang lebih besar sedikit.

Gambar-34 : Lampu Kombinasi.

Wiper dan Washer 
Wiper (penghapus kaca) berguna untuk membersihkan kaca dari hujan, debu, salju, binatang-binatang kecil, sehingga sangat penting untuk keselamatan. Beberapa kendaraan dilengkapi dengan wiper belakang untuk menambah kejelasan penglihatan ke belakang.

 Gambar-35 : Konstruksi Wiper Depan dan Belakang.

Wiper terdiri dari motor wiper, wiper link, wiper arm dan wiper blade. Kelengkapan lainnya pada wiper adalah adanya intermittent (bekerja lambat dan tidak waktunya berselang) dan interlock (wiper menyala ketika kita semprotkan air dari washer) .

 Gambar-36 : Motor Wiper.

 
a) Motor wiper
Motor wiper adalah sebuah motor magnet dengan gigi reduksi.
Dua cara yang digunakan untuk menimbulkan medan magnet, tipe wound rotor yang menggunakan lilitan (coil) untuk membuat elektro magnet, dan tipe ferrite magnet yang menggunakan ferrite magnet permanen dan mayoritas kendaraan menggunakannya karena lebih kompak, ringan, ekonomis dan menggunakan motor DC.

Gambar-37 : Gerakan Wiper.


b) Tuas Wiper
  
Tuas wiper (wiper link) merubah gerak putar dari motor wiper menjadi gerak bolak balik pada poros wiper. Dalam mekanisme gerakan tuas tipe pararel tandem, maka motor mulai memutarkan crank arm, bila motor dihidupkan. Batang penghubung tarik dorong dihubungkan dengan crank arm, menyebabkan arm bekerja untuk membuat gerak penghapusan setengah lingkaran mengelilingi poros pivot. Linking rod lain yang terpasang pada kerja arm selalu membuat gerak penghapusan setengah lingkaran secara pararel. Bila poros pivot kiri dan kanan berputar pada arah yang sama, maka lengan wiper kiri dan kanan dapat bekerja secara pararel.

Gambar-38 : Tuas Wiper.

 
c) Lengan Wiper (wiper arm)
Wiper arm terdiri dari head untuk mengikatnya pada wiper shaft, sebuah pegas untuk menahan blade, arm piece untuk pemasangan blade dan retainer untuk menahan keseluruhannya.
Biasanya wiper dapat menghalangi jarak penglihatan pada saat berhenti. Concealed wiper dapat menyempurnakan kelemahan ini, dengan adanya tempat penyimpanan wiper yang terletak antara kaca dan kap mesin.

Gambar-39 : Wiper Blade.

d) Wiper blade
Terdiri dari sebuah karet untuk menyapu permukaan kaca, suatu kombinasi dari leaf spring, packing dan beberapa lever, dan clip untuk memasng blade pada bagian wiper arm (lengan wiper).

Gambar-40 : Washer.

 
e) Washer
Fungsi washer untuk menyempurnakan fungsi wiper blade dan menguarangi beban pada motor dengan membersihkan debu dan binatang-binatang kecil dari kaca depan dan belakang dengan cairan pembersih. Washer tipe listrik umumnya banyak digunakan. Tipe washer listrik terdiri dari tangki washer, motor, selang dan nozzle.

Gambar-41 : Tangki Washer.

 
f) Tangki washer
Bentuk tangki washer (water tank) bervariasi tergantung pada posisi penempatan dan tempat yang tersedia.

 Gambar-42: Motor Washer.

 
g. Motor Washer
Berfungsi menggerakkan pompa, mengeluarkan cairan pembersih dari tangki. Tipenya ada dua yaitu wound rotor dan ferrite magnet, kebanyakan menggunakan tipe yang kedua. Sedangkan tipe pompanya adalah, tipe gigi (gear tipe), tipe squeeze dan tipe sentrifugal. Tipe sentrifugal lebih luas penggunaannya sebab memiliki daya tahan yang kuat untuk digunakan karena bagian-bagian yang bersentuhan kecil sekali. Akan tetapi tipe sentrifugal dipasang dibagian bawah tangki, karena tidak bisa menyedot.
h. Nozzle
Terbuat dari tembaga, alumunium atau resin dengan satu atau dua lubang. Kebanyakan saat ini menggunakan resin dan memiliki lubang yang dapat disetel (adjusting orifice). Diameter lubang orifice adalah 0,8 mm – 1 mm.
i. Cairan Washer
Terdiri cairan anti beku (anti freeze) dan ditambah detergent dan zat anti karat (anti corrosive agent). Penggunaan yang tidak tepat dapat merusak karet washer atau cat.

Gambar-43: Circuit Diagram Motor Wiper.

Perbaikan bodi ketika harus melepas komponen wiper dan washer, pertama yang harus dilepas adalah wiper arm dengan cara melepaskan arm shaft lock nut lalu menekan poros ke dalam. Kemudian melepaskan baut yang menahan motor bracket pada bodi, lalu menarik unit motor wiper. Setelah itu melepas sambungan washer tube dari kabin kendaraan. Setelah itu melepas mounting bolt, lalu mengeluarkan motor wiper. Sebagai catatan, jangan melepas crank arm jika tidak perlu, karena dapat mengubah sudut auto stop. Jika harus dilepas, maka berilah tanda terlebih dahulu sehingga memudahkan saat pemasangan. Waktu memasang wiper linkage, perhatikanlah petunjuk memasang wiper arm shaft pada bodi, memasukkan shaft bracket positioning boss dengan tepat kedalam lubang yang terdapat pada bodi. Menyetel posisi berhenti dari wiper blade. Setelah itu mengencangkan wiper arm nut dengan torsi 1,0-1,6 kgm. Pada pemasangan juga perhatikan arah penyemprotan dari washer dengan menyetel pada ujung nozzle menggunakan kawat atau jarum.

 
Meter kombinasi dan Alat Pengukur 
Instrumen disusun pada instrumen panel yang letaknya dibagian depan tempat duduk pengemudi untuk mengetahui keadaan kendaraan dengan mudah. Instrumen panel memberitahukan secara terperinci dan penunjukkan kondisi kendaraan saat itu oleh meter-meter atau alat ukur (gauge) dan lampu (light)
Meter kombinasi dan alat pengukur biasanya terdiri dari:
a) Penunjukkan meter, yang meliputi speedometer, tachometer, temperatur air pendingin, pengukur bahan bakar, pengukur tekanan oli, volt meter.

b) Penunjukkan lampu, yang meliputi lampu peringatan tekanan oli, peringatan pengisian, indikator lampu jauh, peringatan bahan bakar, peringatan rem, indikator pintu dan indikator tanda belok.

Gambar-44: Meter Kombinasi.

 
Urutan kerja pembongkaran dari meter kombinasi dilakukan dengan cara membuka baut-baut pengunci penutup meter kombinasi, melepaskan meter glass dan meter panel dan mengangkat penutup meter kombinasi dan melepaskan konektor yang ada (misal: speedometer dan unit kabel).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemasangan adalah jangan mengencangkan terlalu keras karena akan merusakkan komponen (pecah) serta memasang kabel speedometer dan konektor harus tepat, pemasangan kabel speedometer yang longgar menyebabkan jarum speedometer bergoyang dan menimbulkan suara berisik.

c) Fuel Gauge dan Unit
Fuel gauge unit dapat menggunakan tipe bimetal maupun rangkaian elektronik (chip komputer), namun dalam modul ini hanya dibahas yang banyak digunakan yaitu bimetal type. Sedangkan gauge unit menggunakan tipe variable resistance type. Untuk mencegah penunjukkan yang salah karena voltage yang berubah-ubah, maka pada sirkuit dipasang constant voltage relay yang menjaga voltage tetap 7,0±0,2 V yang terpasang didalam gauge.

 Gambar-45: Fuel Gauge Unit (sensor) dan Fuel Gauge.

Saat melakukan pembongkaran fuel gauge unit, rangkaian yang kabel yang berasal dari meter kombinasi dilepas terlebih dahulu, baru fuel gauge unit yang terpasang dalam tangki bahan bakar dilepas dengan melepas baut-baut pengikat atau pengunci yang ada. Saat mengeluarkan fuel gauge unit, jangan sampai terjadi kebengkokan pada sensornya. Pemeriksaan fuel gauge unit sangat mudah, yaitu dengan cara melepas sambungan wiring terminal dari gauge unit, lalu hubungkan dengan massa (-), apabila jarum menunjuk pada posisi ”F” (full) maka gauge masih baik, dan sebaliknya.
Jangan terlalu lama menghubungkan wiring terminal dengan massa, karena dapat menyebabkan coil terbakar. Pemeriksaan coil menggunakan tester untuk mengetahui tahanan pada koil. Jika terlalu kecil dari spesifikasi, maka kemungkinan terdapat hubungan singkat, jika terlalu besarkemungkinan putus.
Pemeriksaan fuel gauge unit dengan mengukur tahanan antara terminal dengan massa sewaktu posisi lev`el pada F dan E.
Pemasangan gauge unit dengan cara memberi permukaan dengan packing dan sealer untuk mencegah kebocoran bahan bakar.
Hati-hati jangan sampai lengan pelampung bengkok serta periksa ketepatan pemasangan massanya.

d) Temperatur Gauge dan Unit
Temperature gauge unit dapat menggunakan tipe bimetal maupun rangkaian elektronik (chip komputer), namun dalam modul ini hanya dibahas yang banyak digunakan yaitu bimetal type. Sedangkan gauge unit menggunakan tipe Thermistor type. Untuk mencegah penunjukkan yang salah karena voltage yang berubah-ubah, maka pada sirkuit dipasang constant voltage relay yang menjaga voltage tetap 7,0±0,2 V yang terpasang didalam gauge.

Gambar-46: Temperatur Gauge dan Temperatur Gauge Unit (sensor).

 
Sistem Air Conditioner (A/C) 
Ketika berkendara di dalam kendaraan, kondisi lingkungan didalam kendaraan sangat mempengaruhi kenyamanan kerja pengemudi dan penumpang. Salah satunya adalah panas, sehingga diperlukan fasilitas pengaturan udara yaitu air conditioner (AC). Kondisi tropis seperti di Indonesia memungkinkan AC bertujuan mendinginkan ruangan dari pada memanaskan ruangan (khusus daerah Eropa).
a. Secara garis besar, proses pendinginan dilakukan dengan cara:

b. Kompresor melepaskan refrigerant yang bertemperatur dan bertekanan tinggi.

c. Refrigerant di condenser dicairkan kembali.

d. Setelah itu refrigerant masuk di receiver/dryer untuk disaring dan dialirkan ke evaporator melalui expansion valve.

e. Expansion valve merubah cairan refrigerant menjadi campuran dan cairan yang bertemperatur dan bertekanan rendah.

Komponen-komponen yang ada pada sistem AC adalah:

a. Kompresor yang berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigerant.
Kompresor ini memilii berbagai jenis, yaitu tipe crank, swash plate, dan vane.

b. Magnetic clutch, berfungsi untuk menghubungkan atau memutus hubungan kompresor dengan mesin.

c. Condenser, berfungsi untuk mendinginkan dan menyerap panas dari gas refrigerant yang ditekan kompresor dan berubah menjadi cairan.

d. Receiver (dryer) berfungsi menampung sementara refrigerant, kemudian menyuplai ke sistem pendinginan sesuai dengan beban pendinginan.

e. Evaporator dan blower berfungsi untuk menyerap udara panas melalui sirip-sirip dan mendinginkan udara.

f. Idle up, berfungsi untuk menaikkan putaran mesin apabila AC
dihidupkan. Biasanya terpasang pada pompa kompresor.

Apabila melaksanakan perbaikan bodi kendaraan memerlukan melepas sistem AC, maka perlu diperhatikan K3, diantaranya memasang fender cover, melepas hubungan kabel baterai, kebersihan tempat kerja, membuang refrigent sampai tekanan 0 Kg/cm2 (0 psi) secara perlahanlahan. Langkah membongkar kompresor adalah dengan melepas V belt (sabuk) dan melepas kabel magnetic clutch serta idle up. Kemudian melepas slang-slang setelah refrigeran dikeluarkan. Melepas condensor didekat front grill dengan melepas sambungan pipa dari compressor dan yang ke receiver/dryer. Kemudian melepas baut dudukan condensor.


Gambar-47: Diagram Alir Refrigrant.

 
Sedangkan untuk melepas unit pendingin (evaporator dan fan), dilakukan dengan membongkar glove box dan saluran udara serta control wire dengan melepas baut-baut pengikatnya. Selain itu perlu membongkar thermostat relay, power relay dan thermistor connector (jika ada). Setelah itu membongkar cooling unit dari dudukannya.
Untuk langkah pemasangan, dilakukan dengan urutan kebalikan dari pembongkaran. Sesudah pemasangan, perlu melakukan pemeriksaan fungsi dari sistem pendinginan, termasuk magnetic clutch maupun tegangan V belt.