Senin, 25 Februari 2013


Thinner


Hampir semua bahan finishing membutuhkan thinner (pengencer). Thinner adalah bahan untuk mengencerkan material finishing supaya menjadi encer dan lebih mudah diaplikasikan. Bahan finishing yang murni merupakan bahan padat atau pasta yang kental yang sangat sulit untuk dapat diaplikasikan. Karena itu ke dalam bahan finishing itu ditambahkan thinner sehingga menghasilkan suatu campuran yang lebih encer supaya bahan finishing tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah. Bahan finishing pembentuk lapisan film yaitu sealer dan top coat adalah campuran resin dengan bahan-bahan aditif yang berupa suatu cairan yang sangat kental. Sedangkan bahan finishing pembentuk warna adalah campuran pigmen yang aslinya berupa bubuk padatan yang perlu dicampur dengan thinner dan resin sebagai binder untuk bisa diaplikasikan.

Alat-alat untuk aplikasi bahan finishing membutuhkan batasan viskositas tertentu supaya bahan finishing tersebut dapat diaplikasikan dengan baik oleh alat tersebut. Air spray gunmisalnya bisa bekerja dengan baik untuk material dengan viskositas sampai 16 – 17 detik (dengan pengukuran menggunakan Nk 2 cup), sedangkan HVLP spray gun hanya bisa bekerja dengan baik pada material dengan viskositas maksimal 14 detik saja. Pengaturan viskositas material tersebut biasanya dilakukan dengan penambahan thinner. Komposisi campuran resin dan additive ini berbeda-beda tergantung dari jenisnya (polyurethane, nitrocellulose, acid curing, acrylic, alkyd, vynil, dan lain-lain) dan berbeda-beda pula untuk tiap jenis dan merknya. Sedangkan stain merupakan campuran antara pigmen dan binderyang berbeda-beda pula untuk tiap jenis dan merknya. Karena itu setiap jenis bahan finishing sebenarnya membutuhkan thinner yang berbeda-beda pula.
Fungsi thinner yang lain adalah untuk mengatur sifat-sifat tertentu yang diinginkan pada material finishing seperti: ketebalan lapisan, kadar bahan finishing dalam campuran, waktu pengeringan, daya resap terhadap substrat, flow, dll. Penambahan thinnerdigunakan juga banyak dilakukan untuk mengatur kadar bahan finishing pada saat pemakaian sehingga dihasilkan ketebalan lapisan bahan finishing sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan thinner kadang-kadang juga digunakan untuk mengatur waktu pengeringan sesuai dengan cara aplikasi bahan finishing tersebut. Cara aplikasi bahan finishing dengan pencelupan, penguasan atau pengelapan secara umum membutuhkanthinner yang relatif lambat kering, supaya tidak menghasilkan pewarnaan yang terputus. Sedangkan aplikasi dengan spray gun membutuhkan bahan yang relatif cepat kering, untuk mencegah terjadinya sagging (bahan finishing yang meleleh).
Selain itu pemilihan thinner juga dapat dilakukan untuk mengatur sifat bahan finishing untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana proses finishing itu dikerjakan. Misalnya pada saat suhu udara tinggi, maka diperlukan thinner yang agak lambat kering supaya tidak terjadi dust spray. Pada kelembaban udara yang tinggi maka seringkali diperlukan penambahan thinner yang lambat kering juga untuk mencegah blushing. Pengaturan thinner pada batas-batas tertentu juga bisa dilakukan untuk mempercepat kecepatan produksi dengan mempercepat pengeringan.
Thinner itu sendiri nanti akan menguap seluruhnya pada saat pengeringan bahan finishing dan tidak ada yang tertinggal di lapisan finishing. Thinner hanya berfungsi sebagai vehicle yang mengantarkan material finishing pada saat aplikasinya. Karena itu maka pemakaian thinner dalam suatu proses finishing harus diusahakan seminimal mungkin supaya mengurangi pemborosan dari penggunaan thinner yang hanya akan habis terbuang. Meskipun hanya berfungsi sebagai vehicle, tetapi pemilihan thinner yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam proses finishing. Ada banyak pengaturan bisa dilakukan dengan memilih thinner yang tepat. Sebaliknya ada banyak masalah bisa timbul akibat dari penggunaan thinner yang kurang tepat.

Bahan-bahan thinner
Thinner dibuat dari campuran antara solvent, (latent solvent) dan diluent. Solvent adalah bahan yang berfungsi untuk melarutkan suatu bahan finishing. Misalnya solvent untuknitrocellulose adalah: m.e.k (methyl ethyl ketone)aceton dan butyl acetate. Sedangkan latent solvent adalah bahan yang membantu melarutkan apabila dicampur dengan solventLatent solvent ini tidak dapat melarutkan bahan apabila tidak dicampur dengan solvent, contohlatent sovent untuk nitrocellulose adalah methanolisopropil alcohol dan isobutil butanol. Kemudian karena solvent dan latent solvent itu biasanya harganya mahal maka dalamthinner juga ditambahkan bahan lain yang dinamakan diluent, yaitu bahan yang saling melarutkan dengan solvent tetapi sebenarnya tidak dapat melarutkan bahan finishing.Diluent ini biasanya merupakan bahan-bahan yang murah dan ditambahkan pada campuran thinner untuk menurunkan harga thinner tersebut. Bahan yang dipakai untuksolvent, latent solvent dan diluent ini sangat tergantung pada jenis bahan finishing yang diencerkannya.
Pemilihan thinner
Kualitas dari thinner sebenarnya sangat ditentukan oleh banyaknya solvent dan latent solvent di dalamnya. Sedangkan diluent yang merupakan filler (pengisi) yang menurunkan harga campuran thinner tanpa memberi kontribusi terhadap penurunan viskositas yang merupakan tugas utama dari thinner. Kualitas thinner dapat dilihat dengan melihat efeknya pada saat digunakan. Suatu thinner yang baik akan dapat menurunkan viskositas campuran dengan cepat dengan sedikit saja penambahan thinner pada bahan yang diencerkan. Dan karena setiap bahan finishing memiliki campuran yang khusus, maka dianjurkan untuk selalu menggunakan thinner yang direkomendasikan oleh supplier bahan finishing yang diencerkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar